Sumbartime-Aksi penolakan Pembangunan Toilet umum di pekarangan SMPN 1 cukup menyita perhatian alumni baik yg ada di rantau ataupun kampuang halaman sendiri..
Banyak yang terusik untuk kemudian ikut berkomentar bijak dengan meminta Pemko mengkaji ulang mengenai letak Bangunan yang akan didirikan, ada yang
bersuara lantang menolak dengan tegas mengganggap Proyek ini tidak layak, tak terkecuali juga kalimat yang kurang enak di baca terkesan mengejek dibumbuin kekesalan dan amarah.
Wajar tentunya.
Tapi rasanya kurang bijak jika masalah ini terlalu di blow up diposisikan seperti murni kesalahan Pemko, dan menganggap Pemko tidak peka.
Kenapa ???
Sebelum di putuskan di bangun yang pasti kajian ke arah sana sudah dibuatkan, persetujuan DPRD mengenai Dana, IMB, dan lain lainnya. Detailnya seperti apa yang saya tau hanyalah prosedur sudah dijalankan, oleh pihak Pemko.
Buat mendapatkan budget Pembangunan ini pastilah butuh perjuangan dan cukup memakan waktu terutama persetujuan DPRD. Artinya jika Dana sudah cair ini bisa dikatagorikan suatu usaha baik Pemko untuk mencoba mengeksekusi salah satu aspirasi dengan mendirikan Toilet yang representatif berada ditempat strategis dan bersih diwujudkan.
Bahwa tersebut pernyataan salah satu anggota DPRD yang mengatakan memang menyetujui dibangunannya WC umum tersebut. Namun DPRD tidak pernah menyetujui atau merekomendasikan jika pembangunan WC umum tersebut dipekarangan SMP Negeri I Payakumbuh. Pertanyaannya, Team peanggaran dan pengawasan dimana ?
Kok bisa menyetujui anggaran tetapi tidak paham penggunaan dana akan di lekatkan kemana detailnya ??
Masalahnya sekarang terjadi penolakan atas hak dan kewenangan yang di miliki Pemko..
dan sepertinya sudah direspon baik dengan menghentikan sementara proyek ini.
Mudah mudahan solusi terbaik didapatkan.
Tinggal komunikasi saja yang perlu didudukan hingga tercapai kata sepakat, Win win solution.
Bagi saya pribadi yang juga Alumni mendapat berita seperti ini rasanya kok yah terlalu berlebihan juga ikut-ikutan berkomentar negative sementara kita sendiri belum paham apalagi mampu berbuat banyak buat sekolah sendiri.
Kasus ini mengusik rasa kepedulian saya, ada dimana kita saat sekolah membutuhkan perhatian lebih para alumni baik di kampung halaman sendiri terutama yang di rantau ?
masalah ketersediaan peralatan proses belajar mengajar yang menjadi prioritas apakah kita pernah ikut andil ??
Mungkin sebagian dari alumni sdh banyak yang berbuat untuk menunjukan rasa cinta pada sekolah yg sdh mencetak orang-orang berprestasi, berhasil dalam karier ataupun ekonomi lengkap dengan attitude yang patut dibanggakan…
Lalu bagiamana dengan kita yang lain ??
Diam saja memang terlihat spt tidak peduli, menghujat apakah bagian dari simpati ?
Tidakkah lebih baik kita sama-sama mencoba merobah pola berfikir kita dengan niat inilah waktunya kita para alumni ikutan berbuat untuk sekolah yang sama-sama kita cintai ini dengan kemampuan yg kita punya.
Lalu seperti apa caranya ??
Yang lebih paham yang terbiasa bergelut dengan keseharian tentunya, paham Kebutuhan, tau kesulitan.
Ayolah Komite Sekolah lebih kencengkan suaranya hingga gaungnya sampai ke pelosok Negeri.
buatkan seperti kami tersadar bahwa menyisakan sedikit dari pendapatan kami, tenaga atau fikiran akan sangat membantu dalam mencetak generasi hebat nantinya..
Lupakan sejenak politik, kepentingan, bahkan mungkin Perasaan kesal yang justru akan merusak proses menuju kearah kebaikan..
Mari sama-sama mencoba agar kepedulian kita semakin nyata.
Salam
Penulis adalah Alumni SMPN 1 Payakumbuh- Angkatan 89