Pertanyaan besar dalam Republik ini. Apakah sudah terbangun KEMANDIRIAN PETANI???
Oleh Hendra Triwarman
Belum…..sangat….. belumnya…..
Saat ini kita membiarkan diri diserang kekuatan kapitalisme yang membawa paham materialisme ke dalam rumah kita. Bahkan sudah mempersilahkan masuk ke ruang paling privat di rumah kita. Kamar tidur kita. Modernisasi bercorak kapitalisme dilekatkan pada semua aspek kehidupan. Kita tidak bisa berkutik dengan senjata yang mereka gunakan. Senjata psykologis yang sangat ampuh yang mampu menguasai inti atom jiwa manusia. Membudayakan materialisme dengan segala pernak perniknya dan gemerlapnya.
Itu sudah menjadi segalanya dan dipaksa menjadi visi kehidupan manusia yang mereka bungkus dengan branded modern mereka. Modern kapitalisme. Kita semua dipacu dan di dorong untuk berpacu mengejar target yang telah mereka bangun tersebut untuk kita. Keluluasaan mereka menguasai medan perang tersebut munculnya era globalisasi dan teknologi telekomunikasi; dimana batas ruang dan waktu hampir tidak ada sama sekali.
Kapitalisasi sudah hampir menjadi sebuah sintesa dari sebuah dialog dialektis saat ini. Tidak ada dari setiap lini kehidupan terlepas dari serangan senjata psykologis mereka. Kehidupan dunia telah menuju visi yang telah mereka bangun dengan segala intrik.
Telah berhasil melenakan dunia. Ciri kehidupan tradisional dan agama yang mengandung ambiguitas yang serba mungkin mengandung nilai-nilai kebaikan dan kebajikan dipaksa ditinggalkan oleh sebagian besar manusia dunia. Modernisasi telah menjadi segalanya. Tahukah kita? Kita sudah kalah dan itu dibuktikan petapa banyaknya kejadian masalah sosial ditengah kehidupan sekitar kita. Penindasan dan kejahatan merupakan pemandangan sehari-hari yang terpaksa kita telan bulat-bulat disebabkan ketidakberdayaan kita.
Pemimpin sudah menjadi kaum hedon dan oportunis yang bahagia dengan tepukan tangan masyarakat jelata, karena diberikan acungan jempol atau tepukan di pundak dengan penuh senyum yang jumawa. Kaum penyiar agama sudah merasa perlu membuat tarif dalam setiap pidato tauziah mereka demi mengejar gemerlapnya dunia, kaum pendidik ikut terpancing juga mengejar gemerlap itu karena sudah merasa sangat berjasa, dan raknyat jelata dipaksa mengumpulkan yang receh-receh dan rimah-rimah yang ada demi mengejar gemerlap dunia juga. Ampun….aku yang telah membranded diri sebagai budayawan akhirnya mengidap sakit insomnia melihat itu semua. Aku tidak mau berlama-lama mengidap penyakit ini. Tidak cukup sekedar menjadi budayawan yang keasikan berkontemplasi dengan dirinya sendiri. Melupakan realitas dan ikutan mencaci maki di mana-mana.
Merasa perlu ikut mengajak masyarakat kembali ke alam. Back to nature. Bergerak dan bersaing. Menjadi antihesis dari thesis yang berkembang saat ini.
Aksi itu semua. Merasa perlu menyusun dari alur paling hulu: membangun kemandirian petani. Membangun hulu dengan menguasai teknologi pertanian. Petani tidak boleh sentimental dengan branded miskin dan kerja keras fisiknya. Tidak boleh memposisikan diri pada kelompok lemah yang harus selalu harus dibujuk seperti balita yang menangis lepas dari puting susu ibunya. Harus terbangun kekuatan hulu yang elegan dan terhormat.
Bekali diri dengan teknologi, semangat dan jauhkan dari mental mengemis. Tunjukkan segala kecerdasan petani dan kuasai panggung dengan baik. Bergabunglah dengan komunitas petani dalam lembaga yang kuat, kuatkan diri dan bersemangat menjadi antihesis yang ada saat ini. Rebut kedaulatan yang sempat hilang. KEDAULATAN PETANI.
Petan berusaha keraslah dalam perjuangan! Bebaskan diri dari kekuata oligarki yang membelenggu saat ini. Lakukan segala upaya dengan cerdas dan tidak boleh sekedar menunggu pasukan khusus datang menyelamatkan diri.
Kuasai segala teknologi hulu dengan baik. Jangan stagnan. Terus bergerak dan kuasai segala teknologi pertanian dengan baik. Buka mata pada teknologi pertanian dunia. Bisa disimak bagaimana negara Vietnam bangkit dengan pertanian setelah hancur lebur berperangan yang panjang dan ganas. Korea Utara dengan memberdayakan hal yang paling tidak menyenangkan dalam tubuh manusia: tinja dijadikan pupuk. Itu tidak terlepas dari keinginan untuk menuju KEMANDIRIAN PETANI, sehingga kedaulatan petani bisa direbut kembali.(*)