Dalam politik, menjaga “kartu” atau dukungan politik adalah kunci.
Hal ini penting, dan menjadi pegangan oleh semua politisi yang memang benar-benar politisi.
Politisi harus memahami bahwa kepercayaan rakyat bukanlah sesuatu yang bisa diandalkan dengan dalih kosong. Terjun ke dunia politik bukan sekadar mendengarkan keinginan rakyat, tapi juga mengelola sumber daya dengan baik demi kepentingan bersama.
Itu berarti berjuang, berkualitas, dan memiliki integritas untuk memenangkan hati rakyat dengan tindakan nyata, bukan sekadar janji-janji kosong.
Kenapa saya bilang begitu? Karena ada juga orang yang terjun ke dunia politik yang membawa-bawa dalil bahwa kalau rakyat menghendaki, saya akan maju.
Dalil ini sebenarnya dalil usang yang dijadikan tameng karena tidak mau disebut kartunya mati dalam politik.
Padahal ketika terjun ke dunia politik, sudah sewajarnya tidak ada lagi dalil-dalil yang mengatasnamakan rakyat yang hanya sekadar lips service. Bosan kita mendengarnya.
Itu hanya kata-kata usang yang dipakai para politisi karena ketidakmampuannya mengelola sumber daya yang dimiliki. Bukan tidak punya, tapi tidak mampu mengelolanya dengan baik.
Dipikir duduk menjadi pejabat publik hanya sebuah hadiah, tanpa ada hati rakyat yang harus dimenangkan agar terpilih.
Itu saya membicarakan bagaimana seorang pejabat publik harus bisa mengelola sumber daya yang mereka miliki untuk terus bisa mengabdi tanpa bersembunyi dengan dalil-dalil lawas yang membosankan.
Mau jadi pejabat, ya harus berjuang, harus fight, harus berkualitas. Jangan hanya maunya digendong kesana kemari, tapi juga harus ada nilai tawar tinggi.