“kerakau madang di ulu, baputiak babungo balau, karantau bujang daulu, di kampuang paguno balun” kerakau madang di hulu, berputik berbunga belum, kerantau bujang dahulu, di kampung belum berguna.
Jika saja orang dikampung saya faham dan sadar akan arti kalimat tersebut di atas, tentu akan berfikir arif dan mengambil tindakan bijaksana, sekenaan dengan pemilihan kepala daerah di kota payakumbuh.
Memilih calon walikota, walau melalui pemilihan langsung, atau dalam bahasa orang inggris wan men wan vot, juga bukan budaya minangkabau, tentu perlu kejernihan akal ketenangan hati dalan memilih. sebab jika tidak, tentu kita akan terjebak kepada perdagangan politik atau politik tarns jakarta… eh… transaksional. tentu saja yang dimotori oleh para pedagang politik untuk jabatan dan kekuasaan yang muaranya adalah apbd dan jatah proyek daerah, mulai dari dana pbd hinga apbn. belum lagi pe a de yang tentunya akan berupaya untuk bisa memicu penamabahan pendapatan daerah, terutama daerah saku sendiri dan para konconya. Jika dibiarkan, maka yang rugi adalah negara, daerah dan masyarakatnya sendiri.
Sekaitan dengan ujaran leluhur di atas, adalah situasi perdagangan politik, justru dengan hadirnya para rantauis atau perantau. padahal mereka tidak mengetahui betul, apa yang dibutuhkan daerah dan masyarakatnya. beranggapan mereka sudah mumpuni dan mumpung- mumpung ada duit, mumpung ada tampang, mumpung bisa menipu masyarakat, mumpung bisa jual beli, maka jadilah perantau pulang untuk maju sebagai calon walikota dan wakilnya.
Memakai alasan mengabdi di kampung adalah siasat jitu untuk menggugah nurani pilihan masyarakat yang mudah dibodohi. maka menjadilah si rantauis menyandang gelar calon kepala daerah. walau padahal masyarakat sudah tahu betul, bagaimana rasanya dipimpin perantau yang selama dirantau tak peduli kepada kampungnya, serta merta menjadi orang yang sangat tahu dan faham apa keinginan masyarakat payakumbuh. walau biasanya pulang kampung hanya unk dua hal utama, yakni lebaran atau kematian menjemput keluarganya atau dirinya.
Jika lebaran, bagi yang mapan dilepel haikles, maka pulang kampung akan pamer kekayaan yg diperolehnya. apalagi lebaran ples reunian, akan menjadi ajang paling panas unk pamer kehebatan diri mereka. lantas, apa yang ada dibenak dan hati mereka tentang payakumbuh ?
pada kesempatan ini, saya hanya coba memberikan pandangan kasab mata bagi masyarakat payakumbuh, untuk tidak terperosok kedalam lubang yang sama, seusai pemilihan kepala daerah. keledai saja tidak mau terperosok ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. apakah kita akan lebih bodoh dari keledai ? jawab saja sendiri. (ST)