Sumbartime – Calon Wakil Presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, menggugah perhatian terhadap distribusi lahan yang dianggapnya masih tidak merata. Dalam debat Cawapres 2024, dia mengemukakan bahwa konsep distribusi lahan saat ini sering menjadi sorotan di lapangan karena dianggap tidak merata.
Muhaimin Iskandar menyoroti masalah akumulasi kekayaan pada sebagian kecil orang yang memiliki kepemilikan lahan yang luas. Hal ini menjadi topik yang belum terselesaikan, sebab kepemilikan lahan yang terbatas tidak mendukung pemerataan yang bermakna.
“Pemasukan negara itu salah satunya dari kepemilikan lahan yang luas, banyak kepemilikan lahan yang berlebihan, akumulasi kekayaan hanya disegelintir orang dan jadi topik yang belum selesai. Ini karena kasus kepemilikannya terbatas, pemerataan tidak bermakna,” ungkap dia dalam paparan visi dan misi debat Cawapres 2024, Jumat, 22 Desember 2023.
Dalam paparan visi dan misi pada debat Cawapres 2024, Muhaimin Iskandar mengajukan pertanyaan tentang bagaimana keadilan sosial bisa terwujud jika distribusi kepemilikan akses lahan tidak dilaksanakan.
Dia menekankan perlunya “political will” atau kemauan politik untuk mendistribusikan lahan kepada masyarakat guna mengatasi masalah kepemilikan lahan. Menurutnya, hal ini sangat penting karena lima tahun yang lalu, pada debat Pilpres sebelumnya, ada komitmen untuk pembagian tanah, namun hingga saat ini, hal tersebut belum terwujud.
Muhaimin Iskandar mengingatkan bahwa instrumen hukum harus dimaksimalkan dan didukung oleh kemauan politik yang sungguh-sungguh, bukan hanya sekadar retorika politik. Dia menegaskan bahwa komitmen pembagian tanah lima tahun lalu harus diikuti oleh penggunaan instrumen-instrumen yang optimal, didukung oleh kemampuan dan kesungguhan politik yang nyata, bukan hanya sekadar retorika belaka.
“Saya ingat debat pilpres lima tahun yang lalu ada komitmen membagi lahan dengan menggunakan land refrom dengan istilah redistribusi kepemilikan lahan. Sehingga saya ingin tegaskan istrumen-instrumen harus dipakai optimal diikuti dengan kemampuan dan kesungguhan politik bukan hanya retorika politik,” jelas dia(R)