Sumbartime-Terkait pro kontra pembangunan Wc representatif yang dibangun di halaman depan SMPN 1 Payakumbuh, Walikota Riza Falepi langsung memberikan tanggapannya melalui tulisan yang bersangkutan ke dapur redaksi Sumbartime.
Berikut kami share tulisan dai Walikota Payakumbuh ini, dalam menanggapi adanya kritikan serta penentangan pembangunan wc representatif tersebut,
Akhir akhir ini kami merasakan di beberapa tempat terjadi gangguan dan provokasi bermodus spanduk menolak pembangunan yg sebenarnya sudah berjalan sesuai aturan dan prosedur yg ada.
Tidak ada hak atau tanah masyarakat kami ambil tanpa dibeli atau persetujuan mereka karena itu salah satu prosedur kami. Bahkan di jaman kamilah baru memberikan ganti rugi yang layak.
Kasus terakhir adalah masalah toilet bersih atau toilet representatif di pasar Payakumbuh. Masalah toilet ini kalau ndak jadipun kami ndak masalah namun kebutuhan masyarakat akan toilet yg bersih terutama unutk malam hari kadang sering disampaikan pada kami.
Salah satu media online memberi istilah toilet internasional tapi saya rasa kurang tepat apalagi disamakan dengan bule yang (maaf) ceboknya pakai tisu tanpa air, sementara agama kita sudah mengajarkan yang lebih bersih. Yang cocok ya toilet yg representatif.
Kembali soal masalah toilet banyak para stakeholder pariwisata termasuk menterinya sendiri mengeluhkan bahwa pariwisata Minang dimanapun di Sumbar toiletnya mayoritas jorok alias “ariang”.
Maka terniatlah oleh kami membuat toilet yang besih dan bahkan lebih bagus dari SMA 2 yang mendapatkan juara Adiwiyata Nasional dan memiliki wc sekolah terbersih di Payakumbuh. Dibandingkan SMP 1 tentu SMA 2 wc nya jauh lebih bagus dan bersih.
Maka keinginan kami adalah ingin membuat toilet umum di Pasar Payakumbuh seperti di Bandara Soekarno Hatta terminal 3 dengan menyediakan minimal 6 tenaga kebersihan yg bekerja bergantian.
Namun apa daya, kerja belum jadi semua rame rame mendemo kami. Masalahnya adalah, Kami tidak memiliki lahan yang bisa dijangkau dan representatif untuk toilet tersebut. Maka kita coba dipojok SMP 1, sebelah pos polisi kota dibangun. Semua ijin prosedural ditempuh termasuk IMB.
Tapi di medsos ada yang lucu seseorang menolak, padahal bapaknya pejabat dulu dan ketika pasar dibangun di zaman bapaknya pejabat atau ketika bapaknya menjabat tidak terpikir olehnya bahwa toilet sebagai kebutuhan dasar harusnya ada yg representatif di pasar tapi ini malah nggak.
Sekarang anak tersebut maki maki kami di medsos manapuak air di dulang). Jelas ini kebutuhan masyarakat di pasar baik pengunjung maupun pedagang pasar, penikmat pariwisata Payakumbuh, bahkan siswa. Dan MOHON MAAF, ini bukanlah kebutuhan kami atau demi keuntungan kami pribadi, tapi hanya demi semua khalayak ramai.
Orang Riau yang melintaspun sering mengeluhkan toilet ketika menikmati kuliner malam di pasar Payakumbuh maupun ketika belanja siang hari sambil lewat. Dan sejujurnya terkait pembangunan wc tersebut saya juga tidak makan 1 sen pun dari proyek itu.
Justru salah satu pendemo yang juga merupakan politisi di DPRD Payakumbuh malah sering minta proyek ke kami atas nama pokir. Sangat memalukan. Padahal KPK sudah melarang dan kami ndak mau tapi si oknum masih merengek ke Kadis PUPR.
Lucunya Anggaran membuat wc ini malah dia ikut mensyahkannya di Banggar DPRD, lalu sekarang cuci tangan, hebaaat. Sekarang orang ini membela dengan pasang spanduk sebagai pahlawan rakyat tapi terindikasi berniat cari muka untuk 2019.
Padahal kita sama sama tahu mereka ini kelompok penista. Dia tak butuh suara umat Islam. Modus yg sama dia lakukan dengan mengompori orang lain seolah olah kami penindas rakyat. Padahal pembangunan di sana atas permintaan rakyat.
Terbukti ketika dia provokasi rakyat bahkan ada yang sampai pengadilan kami beberkan bukti bahwa semua tanah kita beli dan ijin lengkap di depan hakim, sehingga kalah provokator ini dan proxy nya. Tapi dasar hatinya sudah kotor maka tetap saja dengan modus pasang spanduk memprovokasi masyarakat.
Katanya mau bela rakyat padahal selama ini kami dengan segala kekurangan yang ada mengurusi mereka tanpa kenal lelah. Hari ini pembangunan toilet saya perintahkan dihentikan dan jangan pernah lagi minta ke kami toilet yg bagus dan bersih.
Dan toilet itu sudah bagian dari rencana kami satu paket termasuk melebarkan jalan dan trotoar jalan sudirman sehingga representatif trotoarnya seperti di jalan Dago Bandung. Ternyata banyak yg lebih senang ke model BAB ke jamban yang sambil merokok untuk BAB atau buang air kecil sembarangan sehingga beberapa pojok kantor bupati dan pojok pasar “ariang” menyengat.
Betapa joroknya tapi ndak mau berubah ke arah yang jauh lebih bersih. Itulah provokator. Sekali provokator tetap provokator. Sekali penista tetap penista. Jangan pernah percaya. Masih banyak alternatif yg lebih baik.**
Penulis adalah Walikota Payakumbuh