SEKILAS tak ada yang mencolok dari rumah bercat abu-abu itu. Berdiri tenang di tepian jalan yang ramai di Kecamatan Guguk Panjang, Bukittinggi, rumah dua lantai ini terlihat seperti hunian biasa di tengah kota.
Tapi siapa sangka, dari balik fasadnya yang sederhana, tersimpan kisah besar seorang anak bangsa yang kelak mengguncang sejarah: Bung Hatta.
Rumah itu kini dikenal sebagai Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta (RKBH), tempat di mana Mohammad Hatta, sang proklamator kemerdekaan, dilahirkan dan tumbuh bersama keluarganya di masa penjajahan Belanda.
Begitu melangkah ke dalam halaman museum, hiruk pikuk kota seolah mereda. Suasana berubah menjadi tenang, bahkan sedikit khidmat. Tiga bocah perempuan berseragam sekolah dasar terlihat asyik menjelajahi lorong waktu. Mereka berhenti lama di depan sepeda tua, lukisan-lukisan klasik, dan foto-foto hitam putih yang membingkai kehidupan masa lalu.
“Kami sering menerima kunjungan dari anak-anak sekolah. Mereka selalu penasaran, apalagi saat diperkenalkan pada benda-benda langka seperti mesin jahit tua,” kata Yossy Rumiyuli, S.Pd., edukator Museum RKBH.
Perempuan 29 tahun ini telah tiga tahun menjadi penjaga sekaligus pencerita kisah di museum. Baginya, setiap benda adalah potongan memori bangsa yang wajib dijaga dan diceritakan ulang.
Koleksi museum dibagi dalam beberapa kategori: etnografika, keramiklogika, teknologika, hingga seni rupa. Tapi bagi sebagian besar pengunjung, daya tarik utama justru terletak pada bangunan rumah itu sendiri.
“Dari luar terlihat kecil dan biasa saja. Tapi begitu masuk, banyak yang terkejut, ternyata rumah ini luas dan menyimpan banyak cerita. Desainnya pun menginspirasi,” ujar Yossy, yang pernah mengajar di SD Cahaya Hayati.
Di dalam museum, tersimpan dokumentasi lengkap tentang perjalanan hidup Bung Hatta, mulai dari masa kecilnya, saat ia mengayuh sepeda atau menaiki kereta bugi, hingga perjuangannya di panggung kemerdekaan.
Terdapat pula salinan teks proklamasi, baik versi ketikan maupun tulisan tangan, yang menjadi saksi bisu idealisme dan keteguhan hati sang proklamator.
Salah satu koleksi yang paling menyita perhatian adalah mesin jahit tua. “Mesin jadul ini jadi favorit. Banyak anak-anak Gen Z yang baru pertama kali melihatnya dan langsung antusias. Itu pengalaman baru yang berkesan buat mereka,” kata Yossy, yang punya keahlian dalam hal edukator seraya tersenyum.
Lebih dari sekadar tempat menyimpan benda bersejarah, Museum RKBH juga aktif dalam kegiatan edukatif. Dibawah nawungan Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, museum ini rutin menyelenggarakan program pembelajaran sejarah, termasuk kunjungan ke sekolah-sekolah dengan media berbasis animasi dan visual interaktif.
“Kami ingin sejarah terasa hidup dan menyenangkan. Lewat pendekatan visual, anak-anak jadi lebih mudah memahami dan menghargai nilai-nilai perjuangan,” ujar ibu satu anak itu.
Di balik dinding-dinding abu-abu itu bukan hanya tersimpan koleksi benda, melainkan juga semangat, nilai, dan jejak langkah seorang tokoh besar.
Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta bukan hanya destinasi wisata, melainkan ruang belajar yang hidup, tempat di mana masa lalu dan masa kini bertemu, dan nilai-nilai perjuangan terus diwariskan, diam-diam namun kuat.
Alex.Jr
(Bukittinggi, Senin 28 april 2025)