Limapuluhkota, sumbartime.com —Kerapatan Adat Nagari (KAN) bersama Bamus dan unsur pemerintahan nagari Tanjuanggadang, Kecamatan Lareh Sago Halaban menyosialisasikan Adat Salingka Nagari kepada anak nagari dan masyarakat. Penerapan hidup beradat dan agama dalam kehidupan bermasyarakat dinilai ampuh, sebagai benteng perisai terhadap dampak negatif arus globalisasi.
“Kita ingin, di salingka nagari ini, kehidupan dengan tatanan kehidupan Minangkabau yang berfilosopi, Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah, benar-benar terbangun dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat di kampung kita ini,” kata Ketua KAN Tanjuanggadang, Dt Sanggo Marajo dalam pemaparannya, Rabu (19/4).
Turut hadir dalam sosialisasi itu, Wakil Bupati Ferizal Ridwan, yang merupakan putra nagari setempat. Selain itu, Wali Nagari Tanjuanggadang, Dt Mongguang, Ketua Bamus, para niniak-mamak, bundo kanduang serta pemuka dan tokoh masyarakat. Sosialisasi berlangsung di masjid Muslimin.
Wabup Ferizal menyebutkan, menurut hasil penelitian dari para ilmuan, setinggi apa pun pangkat dan jabatan yang dimiliki oleh seseorang di atas dunia, maka ia bakal cenderung kembali mencari jadi diri asalnya. Fenomena tersebut tidak jauh berbeda dengan tatanan dan nilai kehidupan yang terjadi di masyarakat.
“Semaju apa pun sebuah daerah dalam pembangunan seperti di bidang teknologi, maka suatu saat nanti ia akan kembali mencari jati diri asal, yaitu kehidupan adat dan agama yang kini terpinggirkan. Ini tak bisa dipungkiri, dan sudah banyak dialami banyak negara maju, saat ini,” sebut Ferizal.
Oleh karena itu, Wabup mengajak kepada pemuka adat, pemuka agama hingga anak nagari, agar terus menjaga dan menerapkan nilai-nilai kehidupan beradat dan beragama dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan itu, katanya, tidak hanya dalam bentuk sosialisasi, tetapi harus dengan kesadaran atau komitmen bersama.
Dewasa ini, ia menambahkan, persoalan masyarakat semakin komplek yang bersumber dari masalah etika, sengketa, hingga pandangan dan ideologi. Dalam pembangunan nagari, ia memandang, semua pihak musti membudayakan musyawarah-mufakat dalam mencari kebijakan.
Termasuk bagaimana membangun komunikasi antara pemangku adat, Bamus, serta perangkat nagari supaya dapat membuat inovasi dan program dari bawah. Sebagai putra daerah Tanjuanggadang, Ferizal mengaku siap dimintai bantuan. Ia meminta seluruh masyarakat memanfaatkan dirinya sebagai wakil bupati.
“Jika ingin meminta bantuan atau masukan soal pembangunan, pandanglah saya sebagai Ferizal Ridwan, putra asli nagari ini. Tidak perlu memandang jabatan Wakil Bupati-nya. Jangan kita seperti terpagar durian bungkuk, batangnya di tanah kita, buahnya dinikmati orang,” tutur Ferizal berkelakar. (ARY/Rel)