Limapuluhkota, sumbartime.com–Upaya tanggap darurat pascabencana banjir dan longsor yang menimpa 8 dari 13 kecamatan, terus dikebut pemkab Limapuluh Kota. Pasangan kepala daerah, Bupati Irfendi Arbi dan Wabup Ferizal Ridwan, terus berjibaku siang-malam, memastikan perkembangan penanganan serta pendistribusian bantuan.
Sepanjang Selasa-Rabu (7-8/3), Bupati Irfendi Arbi sibuk memimpin rapat, memantau serta membagikan bantuan logistik dan peralatan yang dibutuhkan masyarakat, para korban bencana ke wilayah terjauh. Seperti penyaluran logistik memakai hellykopter milik BNPB ke nagari Galugua, karena akses jalur darat tidak bisa ditempuh akibat diterjang longsor.
Adapun Wabup Ferizal Ridwan, ikut memantau langsung jalannya proses tanggap-darurat bencana, dengan cara turun ke kecamatan Pangkalan dan Kapur IX. Selain memeriksa sejumlah gudang logistik di GOR Singa Harau, Wabup juga sempat membantu pembersihan peralatan dan fasilitas kesehatan di Puskesmas Pangkalan.
Hampir sebagian peralatan medis di Puskesmas Pangkalan tidak bisa dipakai karena terendam air. Tak hanya itu, arsip laporan berikut data pasien juga dilaporkan rusak. Setelah di Pangkalan, Putra Lareh Sago Halaban itu, turun langsung ke Galugua menempuh jalur darat, memastikan kondisi akses jalan dan pendistribusian bantuan.
Sebab, Galugua merupakan salah satu nagari yang paling terdampak longsor. “Akses jalan dari Jorong Mongan ke Galugua, sekira 35 kilometer dari pusat kecamatan Kapur IX, hingga kemarin masih putus, nyaris tidak bisa ditempuh oleh kendaraan roda empat,” kata Ferizal, ketika ditanya seputar kondisi akses ke Galugua, Rabu.
Untuk menuju nagari di wilayah terjauh bagian barat Limapuluh Kota itu, Ferizal menyebut, kini baru bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua atau sepeda motor. Itupun, pengendara harus menempuh medan berat yang licin, terjal dan berbatu.
Akses jalan tanah, tepatnya 4 kilometer sebelum ke Jorong Galugua, terban sepanjang 15 meter. Tidak sedikit kendaraan roda empat, termasuk mobil pengantar logistik dan ambulance, terjebak jalan licin berlumpur. Menurut informasi di lokasi, Ferizal menyebut, warga Galugua mulai kehilangan akses sejak Jumat (3/3).
Disamping beras dan pangan yang tidak bisa diangkut dari pusat kecamatan, masyarakat Galugua membutuhkan alat berat. “Perbaikan akses jalan satu-satunya menjadi kendala masyarakat disana. Pendistribusian logistik melalui udara belum sampai ke Jorong Galugua, tapi baru sampai di Mongan. Saya berpendapat, penyaluran bantuan, akan lebih efektif melalui darat,” sebutnya.
Disamping memperbaiki akses jalan provinsi itu, Pemkab melalui dinas terkait, katanya, perlu melakukan kajian umum, guna mencari solusi penanganan bencana secara jangka panjang, agar bencana yang sama tidak lagi terulang. Penganggaran dan rencana pembangunan jalan baru ke Galugua, juga musti menjadi solusi bagi pemerintah provinsi, sebagai upaya pembebasan kawasan terisolir.
Menurutnya, ke depan perlu diupayakan pengadaan satu set alat berat, berikut satu unit khusus, agar ditempatkan di Kapur IX. “Selain guna mengantisipasi perbaikan jalan jika terjadi longsor, juga dapat dipakai membantu pembukaan lahan warga dan perbaikan infrastuktur lainnya,” tukuk Ferizal. (ARY/rel)