BUKITTINGGI – Sejumlah pelanggan Perumda Air Minum (PDAM) Tirta Jam Gadang Bukittinggi mengeluhkan tidak mengalirnya air bersih ke rumah mereka sejak Hari Raya Idulfitri 2025. Kondisi ini menyulitkan warga dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti mandi, mencuci, dan memasak.
Salah satu warga di kawasan Birugo, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh (ABTB), Ibu Syafni (39), mengungkapkan bahwa hampir sebulan terakhir aliran air di rumahnya tidak berjalan normal.
“Sudah hampir sebulan kami kesulitan air. Selama air tidak mengalir, warga sekitar harus menumpang ke sumur tetangga, bahkan ada juga yang terpaksa membeli di depot air bersih,” ujarnya kepada media, Minggu (20/4/2025).
Syafni menambahkan, meskipun terkadang air sempat mengalir, volumenya sangat kecil. “Paling air cuma menetes sebesar sedotan, itu pun tak sampai setengah jam,” keluhnya.
Keluhan serupa datang dari Hengki (42), warga Banto Laweh Atas Ngarai, Kelurahan Kayu Kubu. Ia mengatakan rumahnya tidak mendapat pasokan air sama sekali, meskipun rumah tetangganya masih mendapat aliran normal.
“Sudah sebulan terakhir di rumah air mati, namun rumah tetangga biasa saja. Petugas PDAM sudah datang untuk memeriksa, tapi tetap tidak hidup airnya,” jelasnya. Hengki mempertanyakan lambannya perbaikan, meski memahami adanya peningkatan kebutuhan air saat lebaran.
“Kami maklum, mungkin air lebih banyak dialirkan ke hotel-hotel karena banyak pengunjung saat hari raya. Tapi kenapa sampai sekarang belum juga normal?” katanya.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua DPRD Kota Bukittinggi, Zulhamdi Nova Chandra, mengaku telah menerima banyak laporan dari warga, baik secara langsung maupun melalui RT dan RW.
“Sewaktu liburan lebaran, PDAM sudah menindaklanjutinya dengan datang ke lokasi, khususnya di wilayah tempat kami tinggal di Banto Laweh. Memang sempat mengalir sebentar, tapi setelah itu mati lagi. Dalam minggu ini, air mengalir secara bergilir namun debitnya masih kecil. Kami sendiri juga terdampak,” ujarnya.
Ia menyebut banyak warga terpaksa membeli air menggunakan mobil L300 akibat krisis ini. Zulhamdi berharap kondisi air segera kembali normal pasca-libur Lebaran, dan meminta PDAM serta pemerintah kota mengambil langkah perbaikan konkret.
“Pemerintah akan mengambil langkah-langkah seperti pembangunan tambahan sumber air, revitalisasi pipa lama, atau mendorong pihak hotel membangun sumber air mandiri, seperti sumur bor,” tambahnya.
Perumda Tirta Jam Gadang merupakan BUMD yang telah berdiri sejak 1975 dan akan genap berusia 50 tahun. Dengan usia yang matang, masyarakat berharap pelayanan air bersih semakin andal. Namun, kondisi di lapangan menunjukkan sebaliknya.
Dari laman resminya, padahal, dalam visinya, PDAM Bukittinggi berkomitmen menjadi perusahaan yang maju, berkembang, dan melayani. Misinya mencakup percepatan cakupan layanan, pemenuhan standar K3 (Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas), serta pembinaan hubungan harmonis dengan pelanggan.
Sayangnya, pengalaman warga seperti Syafni dan Hengki justru mencerminkan ketimpangan antara visi perusahaan dan kenyataan.
Hingga berita ini diturunkan, Direktur PDAM Tirta Jam Gadang Bukittinggi, Budi Suhendra, belum memberikan tanggapan meskipun telah dihubungi melalui telepon dan WhatsApp. (Aa)