Limapuluhkota, sumbartime.com–Dampak banjir-longsor yang menimpa Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, terus menuai keluhan masyarakat terutama yang tinggal di kawasan jauh. Hari ke-4 pascabencana, Senin (6/3), dua nagari yakni Kotolamo dan Galugua, Kecamatan Kapur IX, dilaporkan masih terisolasi.
Wali Nagari Kotolamo, Anwar Datuk Bosa, kepada wartawan mengatakan, hingga Minggu (5/3) siang, ribuan masyarakatnya, masih terisolasi karena tidak memiliki akses transportasi dan komunikasi, akibat longsor menimbun jalan kabupaten menuju ke nagarinya.
“Ada 12 titik longsor menimbun jalan kabupaten, dari Kotolamo menuju Lubuakalai. Panjang jalan kami itu, ada 9 kilometer, kini putus total tidak bisa dilalui mobil dan motor,” sebut Anwar Datuak Bosa, melalui telepon genggamnya, Minggu.
Sejak Sabtu, Anwar mengaku sudah standby di Pangkalan mencari bantuan. Ia terpaksa berjalan kaki dan menaiki motor trabas. “Bahan makanan mulai habis, karena alat transportasi tidak bisa masuk. Kemungkinan 2 hari ini bisa terjamin, sudah itu stok (bahan pokok) habis,” sebut Anwar.
Biasanya, setiap Sabtu, warga Kotolamo membeli kebutuhan makanan ke pasar Lubuak Alai, tapi pascalongsor mereka tak bisa berbuat apa-apa. Sekitar 3500 jiwa yang terdiri dari 1300 KK kini masih terisolasi. Kondisi diperparah, putusnya akses listrik dan komunikasi telepon.
Hingga kemarin, Anwar mengaku belum bisa berbuat apa-apa untuk langkah antisipasi. Namun, ia mengaku sudah berkoordinasi dengan Wakil Bupati Ferizal Ridwan, yang datang meninjau kondisi jalan nagari penghasil gambir tersebut.
“Saya berharap, pemerintah daerah segera mengirim alat berat ke Kotolamo. Termasuk memasok bahan kebutuhan pokok, seperti beras, sayur dan lauk-pauk. Saya akan masih menunggu alat berat di Pangkalan, karena warga kami sudah menangis,” ujarnya.
Selain Anwar, keluhan serupa juga diungkapkan Wali Nagari Galugua Syakban. Ia baru bisa dihubungi via telepon, ketika tengah berada di Muaropaiti, Minggu pagi. Syakban menyebut, kondisi jalan ke Galugua lebih parah, karena nyaris tak bisa dilalui.
“Masyarakat Galugua kini benar-benar terisolasi, karena akses jalan sudah putus total. Jangankan mobil, motor saja tidak bisa mengangkut barang untuk kebutuhan dari Sialang atau Muaropaiti,” sebut Syakban.
Harga kebutuhan seperti beras, telur, sayur serta lauk-pauk kini naik hingga 100 persen atau dua kali lipat dari harga biasa di kecamatan penghasil komoditi gambir itu. Sebab, bahan kebutuhan pokok ke Kapur IX, biasanya disuplai dari luar, melalui Pangkalan. (ARY)