BUKITTINGGI, – Halo Sobat Traveler! Redaksi kembali dengan sajian kabar hangat dari jantung Sumatera Barat, Bukittinggi, kota yang tak hanya indah secara visual, tetapi juga menyimpan dinamika ekonomi dan sejarah yang begitu kuat.
Dikenal dunia lewat Jam Gadang, ikon yang berdiri tegak di pusat kota, Bukittinggi menyimpan satu lagi permata yang tak kalah penting, Pasar Atas, sebuah kawasan niaga yang bukan sekadar tempat jual-beli, tetapi juga cermin ketahanan budaya dan denyut ekonomi masyarakat Minangkabau.
Pasar Atas, Dari Pasar Kurai Menuju Pusat Niaga Agam Tuo
Awalnya dikenal sebagai Pasar Kurai, kawasan ini merupakan titik pertemuan warga Nagari Kurai untuk berdagang secara tradisional. Namun, perubahan besar terjadi saat pemerintahan kolonial Belanda masuk pada awal abad ke-20.
Sekitar tahun 1900, Belanda membangun sebuah los beratap lengkung yang dikenal sebagai Loods Galuang, menandai dimulainya transformasi kawasan ini menjadi Pasar Atas seperti yang dikenal saat ini.
Sejak saat itu, Pasar Atas menjelma menjadi pusat niaga terpenting di wilayah Agam Tuo, tempat bertemunya pelaku ekonomi dari berbagai penjuru Sumatera Barat.
Letak Strategis, Peran Sentral, dan Semangat Kebangkitan
Berada tepat di samping Jam Gadang, Pasar Atas memiliki letak yang sangat strategis, mudah dijangkau oleh wisatawan domestik maupun mancanegara, serta menjadi titik utama perputaran ekonomi lokal.
Namun, perjalanan pasar ini tidak selalu mulus. Kebakaran besar pada 2017 nyaris melumpuhkan denyut niaga di kawasan tersebut. Hampir seluruh bangunan pasar ludes terbakar. Tapi, seperti filosofi “sakali aia gadang, sakali tapian barubah”, masyarakat Bukittinggi bangkit.
Pasar Atas dibangun kembali dengan sentuhan arsitektur modern berbasis kearifan lokal, ditambah fasilitas seperti area parkir luas dan desain bangunan ramah lingkungan.
Lebih dari Sekadar Tempat Belanja
Kini, Pasar Atas bukan hanya tempat transaksi jual beli. Ia menjadi ruang sosial dan kultural, tempat di mana cerita-cerita rakyat, aroma bumbu masakan Minang, hingga suara tawar-menawar hidup berdampingan dalam satu lanskap.
Di sekitarnya, terdapat Pasar Lereng, Pasar Bawah dan Pasar Aur Tajungkang, memperluas kawasan perdagangan yang secara konsisten menggerakkan roda ekonomi Bukittinggi dan sekitarnya.
“Pasar Atas bukan hanya milik Bukittinggi, tapi milik sejarah dan masa depan yang terus bertumbuh,” ujar Antoni, seorang turis mancanegara keturunan Jerman–Indonesia yang kami temui Jumat (27/6/2025) di kios keripik Sanjai Esi 212, salah satu produk khas yang kerap diburu wisatawan.
Antoni, yang datang untuk menelusuri akar budaya ibunya yang berasal dari Bukittinggi, memberikan pesan khusus kepada pembaca:
“Jika Anda berkunjung ke Bukittinggi, mampirlah ke Pasar Atas. Di sana, Anda tidak hanya menemukan barang dagangan, tetapi juga jiwa dari masyarakat Minangkabau.”
Mengangkat Cerita Lokal dengan Perspektif Global
Pasar Atas adalah bukti bahwa ruang tradisional tetap relevan di tengah arus modernisasi. Ia menjadi simpul antara masa lalu, kini, dan masa depan, serta jembatan antara ekonomi rakyat dan identitas budaya.
Jadi Sobat traveler, sudah siap menjelajahi Bukittinggi dari balik hiruk-pikuk Pasar Atas?