BUKITTINGGI – Ironis tapi nyata, Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias yang juga menjabat sebagai Presidium MD KAHMI Bukittinggi, justru absen pada kegiatan simposium bertajuk “Bukittinggi Kota Istimewa: Peluang dan Tantangan” di Istana Bung Hatta, Minggu (28/9/2025).
Ketidakhadiran Ramlan sontak jadi bahan bisik-bisik hangat peserta. Meski begitu, acara tetap berlangsung dinamis dengan diskusi kritis yang memantik gagasan segar tentang masa depan kota yang kerap disebut jantung Sumatera Barat ini.
Sebelum simposium dimulai, MD KAHMI Bukittinggi lebih dulu melantik pengurus baru. Momentum itu dinilai penting untuk mengokohkan peran KAHMI sebagai motor intelektual sekaligus mitra strategis pemerintah dalam mendorong arah kebijakan kota.
Simposium menghadirkan sejumlah narasumber. Prof Muchlis Hamdi M.AP, Ph.D, Staf Khusus Menteri Dalam Negeri bidang pemerintahan, tampil sebagai pembicara kunci.
Dalam paparannya, Muchlis menyuntikkan optimisme sekaligus mengingatkan perlunya sinergi nyata antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
“Dengan kerja sama yang baik, Bukittinggi dapat benar-benar menjadi kota istimewa, bukan hanya dalam slogan, tetapi juga dalam kualitas hidup warganya,” tegas Muchlis.
Ia menekankan tiga fondasi utama pembangunan kota berkelanjutan: sosial, ekonomi, dan lingkungan. Menurutnya, Bukittinggi punya modal sejarah dan budaya yang kuat, tetapi juga menghadapi tantangan serius, mulai dari tata kota dan keterbatasan lahan hingga daya saing ekonomi.
Selain Muchlis, akademisi Pikrul Habib Sofyan juga memberi catatan kritis terkait arah pembangunan, sementara perwakilan Wali Kota Ramlan menyampaikan alasan absensi sang wali kota karena agenda di luar kota.
Diskusi ini menegaskan bahwa Bukittinggi tidak cukup hanya mengandalkan status sebagai “Kota Wisata” dengan ikon Jam Gadang.
Harapan publik kini tertuju agar kota ini mampu melampaui citra simbolik menuju tata kelola perkotaan yang berkelas, partisipatif, dan berdaya saing.
Namun, sebagaimana sering terjadi, pertanyaan klasik kembali muncul: akankah gagasan besar yang lahir dari forum ini benar-benar diwujudkan, atau hanya berhenti jadi wacana indah di ruang seminar berpendingin ruangan. (Aa)