BUKITTINGGI – Di tengah riuh kabar pemangkasan anggaran dari pusat, semangat Kota Bukittinggi justru terdengar makin lantang. Dengan jarum waktu yang terus berdetak menuju pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Provinsi Sumatera Barat pada 13–18 November 2025, pemerintah kota ini menolak tunduk pada keterbatasan.
Dalam rapat lanjutan persiapan digelar di Hotel Dimens, Sabtu (11/10), Sekretaris Daerah Kota Bukittinggi, Rismal Hadi menyebutkan, meski durasi kegiatan yang semula dirancang 10 hari kini diringkas menjadi 5 hari, pemerintah kota menegaskan, esensinya tetap sama, semarak, sakral, dan berkesan.
“Bukittinggi harus dikenal bukan hanya sebagai tuan rumah yang sukses, tapi juga yang memanjakan tamu,” tegas Rismal.
Ia menyebut, meski efisiensi diterapkan, fasilitas tetap dibuat semaksimal mungkin.
“Transportasi gratis kita siapkan untuk semua petugas dan perangkat lomba, mulai dari dewan hakim, tim IT, MC lomba, sampai tamu. Semua harus merasa nyaman,” ujarnya.
Tak lupa, Rismal juga menekankan peran media sebagai garda depan penyebar semangat MTQ. “Media center tidak bisa diabaikan. Rekan-rekan pers adalah jembatan informasi dari Bukittinggi untuk Nusantara,” tambahnya.
Namun, di balik optimisme itu, pemerintah daerah se-Indonesia sedang berjibaku dengan kebijakan efisiensi anggaran transfer daerah (TKD) dari pusat.
Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menjelaskan bahwa skema transfer kini terbagi dua, langsung dan tidak langsung.
“Yang tak langsung itu berupa program-program yang juga dirasakan masyarakat di daerah. Contohnya, program Makan Bergizi Gratis dari APBN sebesar Rp335 triliun setahun,” jelasnya, dikutip dari CNN Indonesia.
Dengan kata lain, sebagian dana daerah kini “dititipkan” pada program pusat yang manfaatnya memang luas, tapi membuat ruang gerak lokal ikut menyempit.
Namun, Bukittinggi memilih jalan berbeda, tidak meratap, tapi merapikan strategi.
Bagi kota dengan ikon Jam Gadang yang tak pernah letih berdetak itu, MTQ bukan sekadar lomba, tapi wujud iman dan martabat daerah.
Dan kalau bicara soal semangat, Bukittinggi sepertinya punya stok yang tak bisa dipangkas oleh siapa pun, bahkan oleh kebijakan efisiensi dari pusat sekalipun. (Aa)